Archive | Desember 2012

Hak-hak Anak dari Orangtuanya

Islam telah mengatur hak-hak anak dari orang tuanya. Hak-hak anak dari orang tua berarti kewajiban yang harus dipenui orang tua terhadap anak-anaknya. Berdasar ayat-ayat Al-Qur`an, hadits Rasulullah saw, maupun atsar shahabat, di antara hak-hak anak yang harus dipenuhi orang tuanya adalah sebagai berikut:

1. Hak untuk hidup.

Allah SWT. Berfirman yang artinya :

‘Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka.’ ( QS. Al-An’am: 151)

2. Hak mendapat nama yang baik.

Pemberian ‘nama yang baik’ bagi anak adalah awal dari sebuah upaya pendidikan terhadap anak anak. Ada yang mengatakan; ‘apa arti sebuah nama’. Ungkapan ini tidak selamanya benar. Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah sebuah do’a. Dengan memberi nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya. Adapun setelah kita berusaha memberi nama yang baik, dan telah mendidiknya dengan baik pula, namun anak kita tetap tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka kita kembalikan kepada Allah s.w.t. Nama yang baik dengan akhlaq yang baik, itulah yang kita harapkan. Nama yang baik dengan akhlaq yang buruk, tidak kita harapkan. Apalagi nama yang buruk dengan akhlaq yang buruk pula. Celaka berlipat ganda.

3. Hak disembelihkan aqiqahnya

Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; ‘ menyembelih kambing untuk (bayi) yang baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya.

Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Tiap tiap seorang anak tergadai dengan ‘aqiqahnya. Disembelih (‘aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama dia.’ (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At Tirmidzy, hadits dari Samurah ).

4. Hak menerima ASI (dua tahun)

Allah ta’ala berfirman; “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun…dst” . ( QS: 31; 14 ).

Artinya, Allah memberi kesempatan kepada ibu seorang anak untuk menyusui anaknya, paling lama dua tahun. Boleh kurang dari dua tahun selama ada alas an yang dibenarkan.

5. Hak makan dan minum yang baik.

Rasulullah s.a.w. bersabda;

‘Cukup berdosa orang yang menyia-nyiakan ( tanggung jawab) memberi makan keluarganya.’ ( HR Abu Daud )

6. Hak diberi rizqi yang ‘thayyib’.

Rasulullah s.a.w. bersabda;

Dari Abu Rafi’ r.a., telah berkata; Telah bersabda Rasulullah s.a.w. ‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.( HR Al Hakim )

7. Hak mendapat pendidikan Agama

Rasulullah s.a.w. bersabda;

‘Tiap bayi dilahirkan dalam kadaan suci ( fithrah Islamy ) . Ayah dan Ibunyalah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nashrany, atau Majusyi.( HR Bukhary )

Mendidik anak pada umunya baik laki laki maupun perempuan adalah kewajiban bagi kedua orang tuanya. Dan mendidik anak perempuan mempunyai nilai tersendiri dari pada mendidik anak laki laki. Boleh jadi karena mereka adalah calon Ibu rumah tangga yang bakal menjadi ‘Madrasah’ pertama bagi anak anaknya’. Boleh jadi juga karena kaum wanita mempunyai beberapa keitimewaan atau ke khassan tersendiri., sehingga di dalam Al Qur aan pun terdapat surat An Nisa, tetapi tidak ada surat ‘Ar Rijal’. Wallaahu a’lam.

Rasulullah s.a.w. bersabda;

‘Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka mereka akan menyebabkannya masuk surga. ( HR Al Bukhary )

Mengenai kekhassan kaum wanita, antara lain Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Wanita itu bagaikan tulang rusuk. Apabila anda biarkan begitu saja, dia akan tetap bengkok. Namun apabila anda luruskan sekaligus, dia akan patah’.

8. Hak mendapat pendidikan sholat

9. Hak mendapat tempat tidur terpisah antara laki laki dan perempuan

Islam mengejarkan ‘hijab’ sejak dini. Meskipun terhadap sesama Muhrim, Bila telah berusia tujuh tahun tempat tidur mereka harus dipisahkan.

Rasulullah s.a.w. bersabda;

‘Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka ( putra putri ).

Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah anak berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau mengerjakan sholat, boleh dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan pukulan yang membekas atau menyakitkan.

10. Hak mendapat pendidikan dengan pendidikan adab yang baik.

Banyak anak terpelajar, namun sedikit anak yang ‘terdidik’. Banyak orang pandai, namun sedikit orang yang taqwa’. Islam mengutamakan pendidikan mental. ‘Taqwa itu ada disini’, kata Rasulullah seraya menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati manusia adalah sumber yang menentukan baik buruknya perilaku seseorang. Nabi tidak menunjukkan kearah ‘kepalanya , tapi kerah dadanya.

11. hak mendapat pengajaran dengan pelajaran yang baik

Berkata shahabat ‘Aly r.a.;

‘Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu.

12. Hak mendapat pengajaran Al Qur’an

Rasulullah s.a.w. bersabda;’Sebaik baik kalian adalah barang siapa yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya’. Pengetahuan tentang Al Qur’an harus lebih diutaman dari Ilmu ilmu yang lainnya. Nabi s.a.w. bersabda; ‘Ilmu itu ada tiga macam. Selainnya adalah sekedar tambahan. Adapun yang tiga macam itu ialah; Ilmu tentang ayat-ayat ( Al Qur’an) yang muhkamat, ilmu tentang Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. ( HR Ibnu Majah ).

13. Hak mendapat pendidikan dan pengajaran baca tulis

Rasulullah s.a.w. bersabda;

Dari Abu Rafi’ r.a., telah berkata; Telah bersabda Rasulullah s.a.w. ‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.( HR Al Hakim )

14. Hak mendapat perawatan dan pendidikan kesehatan.

Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Jagalah kebersihan* dengan segala usaha yang mampu kamu lakukan. Sesungguhnya Allah Ta’ala menegakkan Islam diatas prinsip kebersihan. Dan tak akan masuk sorga kecuali orang yang memelihara kebersihan.

*Kebersihan adalah pangkal kesehatan. Mengajarkan kebersihan berarti secara tidak langsung mengajarkan kesehatan.

15. Hak mendapat pengajaran ketrampilan.

Islam memberantas pengangguran. Salah satu penyebab adanya panganguran adalah apabila seseorang tidak mempunyai ketrapilan tertentu. Bila dia punya ketrampilan tertentu, paling tidak bisa melakukan sesuatu yang berguna buat dirinya ataupun orang lain.

Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Sebaik baik makanan adalah hasil usaha tangannya sendiri’.

Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan;

‘Mengapa tidak kau ajarkan padanya ( anak itu ) menenun sebagaimana dia telah diajarkan tulis baca?’ ( HR An- Nasai )

Kalimat ‘menenun’ sebagai mewakili jenis jenis ketrampilan yang lain. Artinya tidak terbatas pada menenun saja. Kerajinan tangan apapun selama bermanfa’at dan tidak dilarang Agama adalah suatu hal yang ma’ruf.

16. Hak mendapat tempat yang yang baik dalam hati orang tua

Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, do’akan dia selalu, agar menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, shobarlah menghadapi perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan, jangan mudah membentak apalagi memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan ikhlash pada hati anda, belailah dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun. Satukan hati kita dengan anak anak. Semoga Allah menjadikan mereka ‘ waladun shoolihun yad’uu lahu’. Itulah harapan orang tua yang baik.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ;

Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini? Nabi s.a.w. menjawab;’ Kau memberinya nama yang baik, memberi adab yang baik dan memberinya kedudukan yang baik ( dalam hatimu) ( HR At Tuusy )

17. Hak mendapat kasih sayang

Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi baik berupa pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu adalah adanya perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua.

Rasulullah s.a.w. bersabda;

‘Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih muda dan ( bukan dari golongan kami ) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.’ ( HR At Tirmidzy )

sumber :  http://revolusidamai.multiply.com/journal/item/525

Ibuku

Ibuku

Kamis, 29 November 2012 17:41 WIB | 1406 Views

Ilustrasi kekerasan orang dewasa terhadap anak.  Kekerasan pada anak bukan cuma secara fisik namun juga psikologis, sosial, hingga merampas masa kanak-kanak mereka atau malah mematikan mereka. Menciptakan situasi memilih salah satu orang tua  dapat merupakan bentuk kekerasan psikologis.
(Komisi Perlindungan Anak)

Peran Orangtua Mendampingi Anak

Pentingnya Peran Orangtua Mendampingi

Anak Memasuki Masa Pubertas

Anak  terlahir dengan segala anugrah menyertainya, termasuk salah satunya adalah memasuki masa pubertas. Keterbatasan kemampuan dalam dirinya mendorong mereka mencari jawaban dengan caranya sendiri. Oleh karena itu pendampingan dalam memasuki masa pubertas sangat dibutuhkan.

Jam 06.30 sudah…” Bu… Oky lama sekali di kamar madi…” Oka kakaknya Oky memberitahu Ibu yang sedang memasak untuk sarapan pagi. “Ya biarkan dulu nanti kan juga selesai mandinya…” jawab Ibu singkat. “ Ini sudah siang… nanti terlambat sekolahnya…!” Oka menimpali jawaban Ibu.

Akhirnya Ibu menghampiri kamar mandi…” Oky… ini sudah siang.. mau sekolah apa tidak…? “ Ibu mengingatkan Oky yang masih duduk di bangku SMP.  Baru saja hendak beranjak menjauh dari  kamar mandi terdengar Oky membuka pintu maka Ibu bergegas melanjutkan aktifitas memasaknya.

Sehabis mandi  dan memakai seragam, Oky  datang menghampiri Ibu.  “Bu, ada yang mau Oky sampaikan.” Karena sudah siang “ Nanti saja setelah pulang sekolah, ini sudah siang nanti terlambat…” Ibunya menjawab. Oky  mengangguk paham maksud Ibu.  Oky mengambil sarapan sambil tertunduk tidak memandang Ibunya. Ibu agak heran melihat Oky  tidak seperti biasanya.

“Oky…  duduk di sini saja”. Ibunyapun menyuruh duduk berdampingan saat makan pagi. Ibu rupanya penasaran ingin mengetahui penyebab perubahan sikap anaknya. Tidak seperti ini di hari-hari sebelumnya.

“Mau ceritera apa, tumben..  penting sekali apa?”  Ibu bertanya dengan suara lembut…Eee….. hening sejenak, kemudian dengan suara pelan dan tampak sedikit ragu Oky  berkata,” Iam sorry mam, I had my first wet dream last night.” Mendengar ini Nampak Ibunya  sedikit terkejut. “What, really?” Ibunya bertanya dalam keterkejutannya. Oky pun hanya menjawab dengan  anggukkan kepala. “Kalau begitu, selamat ya nak… ” Pantas saja tadi pagi dia mandi lebih lama dari biasanya,  Ibu memecah suasana. Oky menunjukan wajah gembira dan sesekali terlihat senyum-senyum terkulum. Berhubung dia harus segera berangkat ke sekolah, Ibunyapun tidak melanjutkan pembicaraan di pagi ini.

Oky saat ini telah berusia 14 tahun, perkembangan fisiknya tidak mengalami gangguan. Jadi kematangan seksualnya juga bagus. Termasuk masa-masa pubertasnya. Memang beberapa waktu lalu ketika sebuah jerawat kecil bersemi di wajahnya, suaranya sedikit serak Ibunya  sudah pernah menanyakan dan membahas hal ini. Sambil mengingatkan bila waktunya tiba, jangan lupa memberitahukannya kepada saya. Tapi tetap saja Ibunya  masih belum percaya megetahui hal ini namun Ibunya juga sadar mengingat usianya telah memasuki usia 14 tahun, tentunya itu merupakan hal yang wajar.

Sepulang sekolah setelah suasana memungkinkan, kembali suasana familier tercipta berkat kemampuannya,  Ibunya Oky memahami, betapa pentingnya mendampingi anaknya yang memasuki masa pubertas. “Mimpinya bagaimana?” Ibunya  bertanya dengan nada sedikit menggoda. “Yaa mimpi orang dewasalah..”, jawabnya dengan wajah tertunduk malu-malu. Ibunya menggoda lagi “ Berarti anak Ibu  sekarang sudah gede dong” . Oky pun menjawab         “ Hehehe, kan baru mau Bu…” Kali ini dia sudah bisa berkata sambil mengarahkan pandangannya ke arah Ibunya.

Sebagai seorang muslim Ibu bermaksud membantu Oky . “Sudah mandi junub belum, tahu caranya tidak?” tanya Ibu kemudian. “Sudah Bu, kan di sekolah sudah diajarkan.” Oky menjawab dengan rileksnya. “Oh, baguslah kalau begitu”. Agar lebih rileks, Ibunyapun mengambil posisi tiduran sambil bercerita dengannya. “Kalau pacar sudah ada?” Pertanyaan konyol ini ditanyakan padanya. Sambil tertawa Oky  menjawab, “Hahaha, mama ada-ada saja!.. Siapa yang mau pacaran denganku?”. Mendengar jawaban Oky, Ibunya sadar terus buru-buru berucap “Ah jangan minder begitu, Tuhan memberikan anugrah yang sama kepada umatnya. Tapi bagus kalau belum pacaran. Sekolah yang rajin saja dulu itu jauh lebih penting, oke?” Dengan mimik muka dan nada bicara seperti yang Ibunya tampilkan tadi, dia menjawab, “oke deh Bu…” .

Berbekal pengetahuan dan komunikasinya dengan Bu guru di SMP tempatnya Oky sekolah, nampaknya banyak hal yang mereka bahas berdua. Mulai dari kegiatan di sekolah, pelajaran-pelajaran atau guru-guru yang disenangi maupun sebaliknya. Teman-teman yang dekat dengannya, termasuk perilaku keseharian mereka. Sampai akhirnya merekapun membahas tentang situs-situs dewasa di berbagai media, sekaligus memancing untuk mengetahui tentang pendapatnya mengenai hal tersebut, juga apakah dia sudah pernah mengaksesnya.

Ibunya Oky nampak  tak percaya ketika mendengar pengakuan anaknya  bahwa baru-baru ini dia sudah pernah melihat salah satu situs dewasa di internet. Ibunyapun bertanya kepada Oky.. “  mengapa hal itu Oky lakukan..?” Oky dengan sedikit grogi menjawab “ he he he  karena ketidaksengajaan saat hendak mendownload game ada tulisan: Mau lihat cewek cantik dan seksi, klik di sini. Dan ketika diklik tampaklah gambar-gambar vulgar Bu…!”. Mengetahui hal ini, tidak serta merta membuat Ibunya  langsung memarahinya. Justru terlihat Ibunya  sangat menghargai kejujuran dan keterbukaannya yang mau berbagi cerita tentang pengalamannya ini.

Fase transisi dari anak-anak menuju remaja bagi anak  adalah sangat rentan terhadap perkembangan mental anak. Oleh karena itu  komunikasi yang baik dari orangtua sangatlah penting. Jangan sampai timbul kesalahpahaman hingga menyebabkan jarak diantara keduanya.  Untuk itu cara menasehati, mengarahkan mereka sebaiknya menggunakan metode yang sederhana namun tepat sasaran sesuai kondisi anak. Sebagi contoh sederhana : menasehati atau melarang anak agar tidak melakukan sesuatu harus logis, sehingga anak tidak mencari sendiri alasan larangan itu.  Melarang anak  harus ditunjukan bahwa kita tidak melakukan perbuatan yang dilarang tersebut. Karena anak  cenderung memahami apa yang dilihat sebagai hal yang diijinkan. Jadi hindarilah  kata-kata jangan, tidak boleh, apalagi kata-kata ancaman, awas kalau berani ….!

Konsep seperti itulah yang idealnya diterapkan kepada anak . Lebih menjelaskan dari sisi bahaya dan dampak buruknya, daripada menghakimi, memarahai, mengekang  yang justru malah dapat membuat anak berontak suatu saat nanti. Berikanlah kepercayaan yang bertanggung jawabsehingga  membuat anak lebih dihargai dan juga membuat mereka percaya bahwa kita adalah orang yang tepat dan nyaman diajak berdiskusi, curhat dan lainnya.

Di masa pubertas, dimana seseorang remaja mulai mengalami rasa ketertarikan terhadap lawan jenis, rasa penasaran, keingintahuan akan hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas adalah hal yang lumrah. Di sinilah peran penting orangtua untuk mengarahkan, memberi penjelasan & pengertian yang benar dan terarah kepada anak mengenai sex education  dan kesehatan reproduksi. Harapannya agar mereka tidak terjerumus pergaulan bebas yang salah kaprah.

Memang sudah menjadi rahasia umum, situs-situs dewasa sangat mudah ditemui seiring perkembangan teknologi sekarang ini. Apalagi si Oky  bersekolah di SMP yang didukung ITC dalam pembelajarannya  yang sebagian besar tambahan materi pelajaran sekolah atau presentasi tugas kelompok didapatkan melalui internet.

Maka dari itu,  pendidikan spiritual dan bimbingan di lingkungan keluarga sangat penting. Harus dimulai oleh kedua orangtua yang memberi contoh. Jangan hanya menyuruh, namun kita sendiri melalaikan kewajiban-kewajiban kita. Dengan keimanan, insyaallah anak akan lebih dapat mengontrol diri dengan baik, terhindar dari hal-hal buruk yang kita khawatirkan. Ingatkan selalu bahwa sekalipun tidak ada yang melihat apa yang kita kerjakan, namun Dia Maha Mengetahui segalanya.

Wassalam!

Aditia , 2012